Paradigma dalam bahasa Inggris disebut paradigm dan dalam bahasa Perancis disebut paradigme, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Sedangkan deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut, secara epistemologis paradigma berarti di sisi model, di samping pola atau di sisi contoh.
Lorens Bagus (2005:779), dalam Kamus Filsafat memaparkan beberapa pengertian tentang paradigma secara lebih sistematis. Paradigma dalam beberapa pengertian adalah sebagai berikut :
- Cara memandang sesuatu,
- Dalam ilmu pengetahuan artinya menjadi model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomenon yang dipandang dijelaskan,
- Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefinisikan suatu studi ilmiah konkret. Dan ini melekat di dalam praktek ilmiah pada tahap tertentu, dan
- Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Istilah paradigma ini semakin penting sejak ilmuwan Amerika, Thomas S. Kuhn menjadikannya konsep yang krusial dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution yang terbit tahun 1962. Apalagi ketika Thomas S. Kuhn memberi penegasan di bagian akhir bukunya. Secara mendasar, Kuhn menemukan, bahwa selama ini istilah paradigma digunakan dalam dua arti yang berbeda. Di satu pihak, ia berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik dan sebagainya yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota masyarakat tertentu dalam konteks ini, masyarakat tertentu yang dimaksud adalah masyarakat ilmiah. Kemudian di lain pihak, ia menunjukkan sejenis unsur dalam konstelasi itu, yakni sebuah pemecahan kongkret tentang teka-teki yang jika digunakan sebagai model atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan teka-teki sains normal yang masih tertinggal. Dalam bukunya tersebut, secara tegas dinyatakan oleh Thomas S. Kuhn bahwa “…seorang ilmuwan selalu bekerja dengan paradigma tertentu. Paradigma itu memungkinkan sang ilmuwan untuk memecahkan kesulitan yang muncul dalam rangka ilmunya, sampai muncul begitu banyak anomali yang tak dapat dimasukkan dalam kerangka ilmunya dan menuntut revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut.”
source:
Bagus, Lorens., (2005), Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sjamsuar, Zumri Bestado., (2003). Includes bibliographical references. Pontianak: Yayasan Insan Cita Kalimantan Barat. (p. 129-133).
0 komentar:
Post a Comment